Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri merupakan
proses perubahan struktur
perekonomian
dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, dimana setiap perekonomian akan mengalami transformasi
yang berbeda-beda.
Pada umumnya transformasi yang terjadi
di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor
industri. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi
dari tradisional menjadi
modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan
dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan, perdagangan, produksi
dan faktor-faktor lain yang
diperlukan secara terus
menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial
melalui peningkatan pendapatan perkapita (Chenery 1960,
1964; Chenery, Robinson dan Syrquin
1986; Chenery dan Syrquin 1975; Chenery dan Taylor 1968; Chenery dan Watanabe 1958). Selanjutnya, Nasoetion
(1991) mengatakan bahwa transformasi
struktural adalah gejala alamiah yang harus dialami
oleh setiap perekonomian
yang sedang tumbuh.
Oleh sebab itu kebijaksanaan rekayasa transformasi
struktur ditujukan untuk memaksimumkan dampak positif dari transformasi tersebut.
Untuk Indonesia, Hill (1996) menguraikan transformasi
struktural pada periode 1966–1992 dengan obyek
penelitian perekonomian Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan,
bahwa transformasi yang terjadi di Indonesia
pada kurun waktu tersebut dinilai sangat
terlalu cepat. Hal ini
ditandai dengan sumbangan sektor
pertanian terhadap Gross
Domestic Product (GDP) telah menyusut hingga kurang dari setengahnya
sejak tahun 1966, dan pada tahun 1992 sumbangannya hanya tinggal
36%. Penurunan ini ternyata
diikuti dengan kenaikan
sumbangan sektor industri (secara luas mencakup pertambangan, industri manufaktur,
fasilitas umum dan kontruksi), yang sumbangannya
pada saat itu sebesar 35% lebih
besar dari nilainya pada pertengahan dekade 1960-an.
Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah penduduk,
penyediaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan, tingkat output yang
dihasilkan, penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penerimaan pajak
dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi hubungan dan
keterkaitan antar sektor-sektor perekonomian akan selalu terjadi. Dengan kata
lain setiap sektor perekonomian saling mempengaruhi dan saling ketergantungan
satu dengan yang lain. Pada umumnya setiap negara mempunyai sektor-sektor
ekonomi andalan sebagai pemacu timbulnya kegiatan perekonomian atau sebagai
penyangga perekonomian negara tersebut.
Jika kita pelajari
sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde Baru hingga kecenderungannya pada
era globalisasi pada tahun 2020 nanti, maka akan
kita peroleh suatu perkembangan yang “taat asas”. Artinya, produk
unggulan maupun andalan pemasukan devisa
(PDB) secara perlahan namun pasti menunjukkan pergeseran dari
sektor primer, sekunder dan tersier. Hal ini secara langsung juga membawa
pengaruh terhadap perubahan struktur sosial masyarakat, dari budaya pertanian tradisional menjadi budaya industri
modern.
Pada akhir
tahun 1980-an atau awal tahun 1990-an, terjadi
transformasi struktural ekonomi
yang cukup besar yaitu
bergesernya
peranan sektor yang dominan dari sektor pertanian
ke sektor industri
manufaktur,
dimana kontribusi sektor
industri manufaktur (23.5%)
lebih tinggi dari sektor
pertanian (16.5%) selama periode
tahun 1990 -1996.
Terjadinya perubahan struktural ekonomi tersebut
karena didukung
oleh kebijakan pemerintah yang langsung atau tidak langsung mendorong
sektor industri manufaktur. Dukungan
pemerintah terhadap industri manufaktur tercermin
pada GBHN 1993 yang
menyatakan bahwa
sasaran pembangunan
industri manufaktur pada
akhir PJP II adalah terwujudnya
sektor industri yang
kuat dan maju sehingga mampu
menunjang terciptanya perekonomian
yang mandiri dan andal.
Pada
saat Indonesia mengalami
krisis ekonomi, dengan
diawali oleh krisis moneter pada bulan Juli 1997, sektor perekonomian yang terkena dampak paling besar
adalah sektor industri manufaktur. Pada
tahun 1998, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 13.1%, hampir seluruh sektor perekonomian
mengalami kontraksi/pertumbuhan negatif (sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
mengalami kontraksi paling rendah
sebesar -1.3%), hanya
sektor listrik, gas
dan air minum yang tumbuh positif sebesar 3.0%.
(http://duniabirulaut.blogspot.com/2012/02/transformasi-struktural-perekonomian.html/ di
akses tanggal 09 November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar